Kisah Inspiratif KKN : Kenangan dan Harapan dari Jejak Pengabdian di Desa Pangkalan

 Dimulainya Perjalanan

Kisah ini dimulai dengan 22 orang mahasiswa yang tiba di Desa Pangkalan untuk menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mereka adalah Rafi, Ghazy, Ami, Lia, Ipeh, Nova, Ahil, Zahra, Tami, Ashpia, Amel, Intan, Aulia, Fauzan, Adit, Hendra, Dillah, Wawa, Selyka, Faris, Ara, dan Ina yang datang dengan semangat sembari harap-harap cemas bahwa KKN yang dijalankan akan berjalan dengan lancar dan penuh dengan keseruan. Sore di hari pertama menempati rumah “posko” yang akan ditempati selama sebulan kedepan diiringi dengan derasnya hujan hingga air menggenang di depan dan sekitar halaman rumah. Membuat kita berjibaku membersihkan rumah dan mengatur pembagian kamar. Setelahnya, dengan keadaan lelah kita berkumpul di ruang tengah sambil mengobrol menikmati hari pertama kita menjalani KKN.

Mengabdi Sembari Tertawa

Di tengah semangat mereka, peserta KKN segera mendapati tantangan di Desa Pangkalan. Mereka harus menghadapi masalah air bersih, hambatan dalam bidang pendidikan, dan infrastruktur yang kurang memadai. Namun, ketekunan mereka tidak tergoyahkan. Mereka menghadapi berbagai kesulitan, namun berhasil mengubahnya menjadi peluang positif yang menginspirasi. Tekad dan kerja sama yang mereka lakukan dapat menciptakan perubahan positif, sambil menemukan makna yang mendalam dalam pengalaman KKN.

Peserta KKN mulai bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Mereka membuat program-program kerja yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang terjadi di Desa. Mereka mengajar anak-anak di sekolah dan majelis ta’lim untuk menyalurkan keilmuan dan semangat untuk mewujudkan impian, bekerja sama dengan ibu-ibu PKK dan masyarakat setempat untuk mengadakan posyandu, pemeriksaan kesehatan, serta penyuluhan untuk ibu hamil, memulai program untuk meningkatkan kebersihan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup bersih, dan program MAPAG desa yang bertujuan meninggalkan jejak berkelanjutan dalam masyarakat untuk masa depan yang lebih baik.

Pertemuan yang awalnya asing satu sama lain, ternyata dapat menjadi keluarga baru yang berjuang bersama untuk menciptakan perubahan yang positif dan menginspirasi. Dengan perbedaan latarbelakang dan sifat, selama perjalanan KKN, 22 orang ini saling berbagi cerita, pengalaman dan menemukan tawa dalam kesederhanaan hidup. Saling melemparkan candaan satu sama lain hingga tertawa bersama. Meskipun, ada kalanya cekcok karena ketidaksepahaman, mood yang berubah-ubah, baper satu sama lain, rasa malas yang menghambat kinerja, rindu rumah juga keluarga dan masalah teknis yang tidak dapat terhindarkan. Namun, Jagaddhita mampu untuk selalu kembali kepada semangat positif, tertawa bersama atas kebingungan dan kegagalan, dan menyelesaikan masalah bersama. Hal itu menjadi bumbu yang dapat menambah keakraban, saling menghormati perbedaan, dan semakin eratnya kekeluargaan Jagaddhita.

Perpisahan dan Kenangan

Hingga hari semakin mendekati akhir KKN, perasaan mereka mulai bercampur aduk. Mereka merasa senang karena dengan segala kerinduan selama satu bulan penuh berada di desa orang, mereka akan kembali ke rumah masing-masing. Tetapi di lain sisi, mereka juga merasa sedih meninggalkan teman-teman dan desa dengan masyarakatnya yang telah menjadi keluarga baru. Mereka, baik peserta KKN dan masyarakat desa baru menyadari bahwa pertemuan mereka ternyata singkat karena eratnya hubungan yang telah terjalin.

Hubungan yang awalnya terjalin hanya sebatas karena program kerja, tapi ternyata lebih dari itu. Perpisahan yang pasti terjadi ini menjadi kenangan indah dalam masa kuliah. Hal yang baru kami sadari adalah KKN yang awalnya menjadi sumber kecemasan ternyata dapat menjadi sumber pembelajaran, pengenalan, kenangan yang berkesan dan  tak akan terlupakan.

Harapan untuk Masa Depan

Kisah ini berakhir dengan harapan untuk masa depan, bahwa pengalaman ini tidak hanya berakhir sebagai kenangan indah, tetapi juga menjadi pembelajaran hidup yang dapat mereka terapkan di masa depan. Mereka ingin masyarakat Pangkalan tahu bahwa mereka berharap menjadi bagian dari kenangan manis di hati desa Pangkalan.

Meskipun hanya sebulan, kisah ini akan menjadi pengingat bahwa meskipun perjalanan KKN di Desa Pangkalan mungkin singkat, tetapi kenangan mereka tentang desa pangkalan begitupun sebaliknya akan terus melekat. 

“Terimakasih Pangkalan atas segala keramahan dan kenangannya…”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN DI KAMPUNG INGGRIS PARE : REVIEW TEMPAT KURSUS, BIAYA HIDUP, DAN KESERUANNYA (PART 2)

PENGALAMAN DI KAMPUNG INGGRIS PARE : REVIEW TEMPAT KURSUS, BIAYA HIDUP, DAN KESERUANNYA (PART 1)